Jumat, 24 Desember 2010

Diiringi Senja Penuh Kedamaian

SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN 
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN 
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN

Diiringi Senja Penuh Kedamaian

Di suatu sore, di sebuah pegunungan yang indah. Aku terdiam dalam keheningan, meski mungkin harusnya tak terlalu dini aku rasakan. Aku bisa saksikan kota di bawah sana. Yah, aku yakin, itu kota impianku. Impian yang pernah aku ucap ketika kecil dulu, ketika aku belum pernah paham tentang rasa ini. Kini aku kembali disini, berada di tempat yang paling aku senangi. Semua orang tahu, dimana ini. Tanyakan pada mereka, sahabat terbaik-ku, ku yakin benar jawabnya. Entah mengapa, sore ini aku ingin kembali ada disini. Bukan karena aku lelah, bukan karena aku letih. Tapi aku bisa tersenyum disini. Senyum paling tulus yang aku punya. Dan aku bisa rasakan tiap kabut yang turun menyapaku. Aku balas sapaan itu, untuk alam yang penuh kedamaian ini. Tak pernah lepas senyumanku di sore ini.

Aku ingin mencoba berjalan ke bawah, tak terlalu jauh, hanya beberapa meter, aku ingin saksikan pemandangan sore itu. Aku duduk di bawah pohon, di sebuah kursi kayu. Setiap melihat pohon ini, aku selalu teringat, dan ingin tersenyum. Pohon dengan ujung runcing dan hanya ada di pegunungan ini. Ku rasakan tiap hembusan angin sore pegunungan ini. Suara gemericik air dari sungai kecil di depanku menambah merdu nyanyian alam. Aku tarik nafasku, ku isi dengan tiap hawa bersih yang ada. Harusnya aku sudah merasa sempurna berada di tempat ini. Namun, aku rasakan tetap ada yang kurang. Tiba-tiba sepotong daun yang masih hijau jatuh di depanku. Ku ambil daun itu, tak ada yang istimewa. Ku coba amati, ku angkat daun itu, ku tatapkan pada matahari senja sore itu. Ku temukan sebuah kata. Kata ini hanya aku yang bisa baca. Yah, karena kata ini adalah kata yang pernah kita ucap berdua. Di tempat ini, aku masih hafal gaya tulisan ini. Masih sangat teringat. Tidak salah lagi, ini Dirinya.

Dia pasti ada disini, di tempat ini. Dia pasti merasakan apa yang aku rasa. Rasa rindu yang sudah lama aku pendam. Namun, dimanakah dirinya. Mengapa hanya daun ini yang dia kirimkan untuk-ku. Ku coba cari, beranjak dari kursi itu. Hawa semakin dingin menusuk tulang. Matahari mulai gelap. Ku lewati jalan ini, aku yakin dia pasti ada disini. Hati-ku berkata dia lewati jalan ini. Ku berada di ujung jalan, sebuah persimpangan di ujung pegunungan ini. Aku memandang seseorang duduk termenung di ujung sana. Sambil, aku bawa daun tadi, aku jalan pelan, selangkah demi selangkah. Hatiku sudah tak sabar ingin tahu siapa dirinya. aku pegang daun tadi, ku lihatkan di depan wajahnya. Aku sudah pasrah, jika bukan dirinya, mungkin aku memang tak berhak berjumpa di senja ini. Namun, seketika itu, dia mengangkat wajahnya, dia tersenyum menatapku. Mengangkat tangan-nya seakan ingin memeluk-ku. Berlinang air matanya, ku lihat kembali senyuman paling indah. Senyuman miliknya, senyuman yang sudah lama aku rindukan. Aku tak tahu harus berkata apa, tapi sore itu adalah sore terindah dalam hidupku. Aku tak ingin melepasnya, aku ingin pegang erat kemanapun aku pergi. Karena kita ada, kita ada untuk sayang ini, kita ada untuk bahagia. Bukan untuk mereka, bukan untuknya, namun hanya untuk Kita.

RID, SDA

Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar