SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Nanti Aku di Atas Sana
Siang ini...
Tak seindah mimpiku semalam..
Hujan turun dengan lebatnya..
Membasahi setiap yang ada di bawah..
Mungkin termasuk diriku..
Aku tahu..
Dimanapun juga..
Di bumi ini..
Hujan lebat dan banjir air adalah kawan setia..
Coba lihat sebuah danau..
Selalu penuh dengan air..
Penuh dengan misteri..
Kita tak pernah tahu makhluk apa saja yang ada disana..
Tak pernah tahu pasti..
Lelah..
Aku pun bingung dengan semua ini..
Dengan hujan ini..
Dengan tempat ini..
Aku hanya tak mau terus di sini..
Di tempat paling bawah..
Hanya menjadi penadah hujan..
Tak pernah tahu apa yang diatas sana..
Aku tak mau tenggelam dalam danau ini..
Aku ingin ada diatas sana..
Di gunung itu..
Aku bisa lihat semua..
Lihat danau ini..
Lihat taman kita..
Tempat kita tertawa..
Tersenyum..
Aku rindu itu semua..
Bukan hujan lebat..
Mendung gelap..
Angin topan..
Dan semua mimpi buruk ini..
Aku ingin kita yang dulu..
Kita yang tak pernah sedih..
Tak pernah ada marah..
Tak pernah ada dendam..
Tak pernah ada kegelapan ini..
Aku ingin kembali berjalan..
Meski tertatih..
Aku ingin lewati setiap rintangan ini..
Setiap semak keras yang tak bersahabat..
Aku ingin naik sampai di atas sana..
Tak peduli..
Meski kemarau tak juga tiba..
Meski jalanan masih licin..
Aku rela..
Karena aku tahu disana ada bahagia..
Bahagia yang aku cari..
Nanti aku di atas sana..
Teriakkan mu dari atas sana..
Bangunkan semangatku..
Meski tak jelas ku dengar..
Tapi aku bisa rasa..
Karena itu..
Kata paling tulus darimu..
Percaya suatu hari nanti..
Kamu tak perlu teriak..
Cukup bisikan kata..
Karena tak ada lagi jarak..
Tak ada lagi yang memisahkan..
Dalam senyuman indah..
Dalam kedamaian..
Dalam kebahagiaan..
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
1001 BERITA TERBARU, KESEHATAN, KEDOKTERAN, PEMERINTAHAN, PENDIDIKAN, INTERNET, TEKNOLOGI, OLAHRAGA,EKONOMI, BISNIS, SYAIR, PUISI, WEB, BLOG..
Tampilkan postingan dengan label SYAIR PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SYAIR PUISI. Tampilkan semua postingan
Jumat, 24 Desember 2010
Nanti Aku di Atas Sana
Lampu Kecil dalam Gelap Malam
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Pagi belum jauh beranjak..
Kabut penanda malam masih lembut terasa..
Namun..
Mentari pagi tak lagi sebagai penguasa..
Kabut lah pemenang sejati kali ini..
Ku lihat orang disana malas keluar..
Mereka duduk melipat tangan..
Sambil berharap kabut akan pergi..
Padahal mereka tak tahu..
Tak tahu kapan mentari kan tiba..
Ku putuskan tuk lewati kabut ini..
Karna ku tak mau hanya merenung..
Duduk tanpa harapan..
Menanti yang tak pasti..
Aku punya kaki..
Aku punya tangan..
Bukan untuk ku lipat..
Bukan untuk hiasan..
Ini semua punya arti..
Aku tak kan menyerah..
Menyerah dengan keadaan..
Menyerah dalam kabut kelam..
Kemarin..
Aku masih di rumah itu..
Hanya merenung..
Hanya menanti..
Hanya berharap..
Setahun sudah..
Sejak hari itu..
Aku siakan hidupku..
Aku tak pernah marah..
Untuk apa marah pada masa lalu..
Aku pun tak menyesal..
Tak ada guna..
Itu semua hanya memperberat langkahku..
Kini..
Sudah ku putuskan..
Aku akan tinggalkan tempat ini..
Tinggalkan kenangan indah..
Kenangan yang sekarang mengirisku..
Aku punya jiwa..
Aku punya semangat..
Yang terbangun..
Meski oleh sebuah lampu kecil..
Hanya lampu kecil..
Di sebuah hutan..
Di tengah malam..
Namun..
Aku telah terbangun..
Lampu ini tak akan padam..
Selama aku masih bernafas..
Selama jantung masih berdetak..
Selama darah ku masih berputar..
Raga ku masih utuh..
Jiwa ku masih normal..
Hati ku masih bisa merasa..
Aku akan tersenyum..
Senyum paling indah..
Di suatu hari..
Bukan untuk mu lagi..
Bukan untuk dia lagi..
Namun ini untuk ku..
Untuk kita..
Untuk semua kata yang pernah terucap..
Untuk semua mimpi yang pernah menemani..
Untuk semua harapan yang pernah tertulis..
Kebahagiaan sejati..
Kedamaian penuh makna..
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Lampu Kecil dalam Gelap Malam
Pagi belum jauh beranjak..
Kabut penanda malam masih lembut terasa..
Namun..
Mentari pagi tak lagi sebagai penguasa..
Kabut lah pemenang sejati kali ini..
Ku lihat orang disana malas keluar..
Mereka duduk melipat tangan..
Sambil berharap kabut akan pergi..
Padahal mereka tak tahu..
Tak tahu kapan mentari kan tiba..
Ku putuskan tuk lewati kabut ini..
Karna ku tak mau hanya merenung..
Duduk tanpa harapan..
Menanti yang tak pasti..
Aku punya kaki..
Aku punya tangan..
Bukan untuk ku lipat..
Bukan untuk hiasan..
Ini semua punya arti..
Aku tak kan menyerah..
Menyerah dengan keadaan..
Menyerah dalam kabut kelam..
Kemarin..
Aku masih di rumah itu..
Hanya merenung..
Hanya menanti..
Hanya berharap..
Setahun sudah..
Sejak hari itu..
Aku siakan hidupku..
Aku tak pernah marah..
Untuk apa marah pada masa lalu..
Aku pun tak menyesal..
Tak ada guna..
Itu semua hanya memperberat langkahku..
Kini..
Sudah ku putuskan..
Aku akan tinggalkan tempat ini..
Tinggalkan kenangan indah..
Kenangan yang sekarang mengirisku..
Aku punya jiwa..
Aku punya semangat..
Yang terbangun..
Meski oleh sebuah lampu kecil..
Hanya lampu kecil..
Di sebuah hutan..
Di tengah malam..
Namun..
Aku telah terbangun..
Lampu ini tak akan padam..
Selama aku masih bernafas..
Selama jantung masih berdetak..
Selama darah ku masih berputar..
Raga ku masih utuh..
Jiwa ku masih normal..
Hati ku masih bisa merasa..
Aku akan tersenyum..
Senyum paling indah..
Di suatu hari..
Bukan untuk mu lagi..
Bukan untuk dia lagi..
Namun ini untuk ku..
Untuk kita..
Untuk semua kata yang pernah terucap..
Untuk semua mimpi yang pernah menemani..
Untuk semua harapan yang pernah tertulis..
Kebahagiaan sejati..
Kedamaian penuh makna..
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
Diiringi Senja Penuh Kedamaian
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Diiringi Senja Penuh Kedamaian
Di suatu sore, di sebuah pegunungan yang indah. Aku terdiam dalam keheningan, meski mungkin harusnya tak terlalu dini aku rasakan. Aku bisa saksikan kota di bawah sana. Yah, aku yakin, itu kota impianku. Impian yang pernah aku ucap ketika kecil dulu, ketika aku belum pernah paham tentang rasa ini. Kini aku kembali disini, berada di tempat yang paling aku senangi. Semua orang tahu, dimana ini. Tanyakan pada mereka, sahabat terbaik-ku, ku yakin benar jawabnya. Entah mengapa, sore ini aku ingin kembali ada disini. Bukan karena aku lelah, bukan karena aku letih. Tapi aku bisa tersenyum disini. Senyum paling tulus yang aku punya. Dan aku bisa rasakan tiap kabut yang turun menyapaku. Aku balas sapaan itu, untuk alam yang penuh kedamaian ini. Tak pernah lepas senyumanku di sore ini.
Aku ingin mencoba berjalan ke bawah, tak terlalu jauh, hanya beberapa meter, aku ingin saksikan pemandangan sore itu. Aku duduk di bawah pohon, di sebuah kursi kayu. Setiap melihat pohon ini, aku selalu teringat, dan ingin tersenyum. Pohon dengan ujung runcing dan hanya ada di pegunungan ini. Ku rasakan tiap hembusan angin sore pegunungan ini. Suara gemericik air dari sungai kecil di depanku menambah merdu nyanyian alam. Aku tarik nafasku, ku isi dengan tiap hawa bersih yang ada. Harusnya aku sudah merasa sempurna berada di tempat ini. Namun, aku rasakan tetap ada yang kurang. Tiba-tiba sepotong daun yang masih hijau jatuh di depanku. Ku ambil daun itu, tak ada yang istimewa. Ku coba amati, ku angkat daun itu, ku tatapkan pada matahari senja sore itu. Ku temukan sebuah kata. Kata ini hanya aku yang bisa baca. Yah, karena kata ini adalah kata yang pernah kita ucap berdua. Di tempat ini, aku masih hafal gaya tulisan ini. Masih sangat teringat. Tidak salah lagi, ini Dirinya.
Dia pasti ada disini, di tempat ini. Dia pasti merasakan apa yang aku rasa. Rasa rindu yang sudah lama aku pendam. Namun, dimanakah dirinya. Mengapa hanya daun ini yang dia kirimkan untuk-ku. Ku coba cari, beranjak dari kursi itu. Hawa semakin dingin menusuk tulang. Matahari mulai gelap. Ku lewati jalan ini, aku yakin dia pasti ada disini. Hati-ku berkata dia lewati jalan ini. Ku berada di ujung jalan, sebuah persimpangan di ujung pegunungan ini. Aku memandang seseorang duduk termenung di ujung sana. Sambil, aku bawa daun tadi, aku jalan pelan, selangkah demi selangkah. Hatiku sudah tak sabar ingin tahu siapa dirinya. aku pegang daun tadi, ku lihatkan di depan wajahnya. Aku sudah pasrah, jika bukan dirinya, mungkin aku memang tak berhak berjumpa di senja ini. Namun, seketika itu, dia mengangkat wajahnya, dia tersenyum menatapku. Mengangkat tangan-nya seakan ingin memeluk-ku. Berlinang air matanya, ku lihat kembali senyuman paling indah. Senyuman miliknya, senyuman yang sudah lama aku rindukan. Aku tak tahu harus berkata apa, tapi sore itu adalah sore terindah dalam hidupku. Aku tak ingin melepasnya, aku ingin pegang erat kemanapun aku pergi. Karena kita ada, kita ada untuk sayang ini, kita ada untuk bahagia. Bukan untuk mereka, bukan untuknya, namun hanya untuk Kita.
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Diiringi Senja Penuh Kedamaian
Di suatu sore, di sebuah pegunungan yang indah. Aku terdiam dalam keheningan, meski mungkin harusnya tak terlalu dini aku rasakan. Aku bisa saksikan kota di bawah sana. Yah, aku yakin, itu kota impianku. Impian yang pernah aku ucap ketika kecil dulu, ketika aku belum pernah paham tentang rasa ini. Kini aku kembali disini, berada di tempat yang paling aku senangi. Semua orang tahu, dimana ini. Tanyakan pada mereka, sahabat terbaik-ku, ku yakin benar jawabnya. Entah mengapa, sore ini aku ingin kembali ada disini. Bukan karena aku lelah, bukan karena aku letih. Tapi aku bisa tersenyum disini. Senyum paling tulus yang aku punya. Dan aku bisa rasakan tiap kabut yang turun menyapaku. Aku balas sapaan itu, untuk alam yang penuh kedamaian ini. Tak pernah lepas senyumanku di sore ini.
Aku ingin mencoba berjalan ke bawah, tak terlalu jauh, hanya beberapa meter, aku ingin saksikan pemandangan sore itu. Aku duduk di bawah pohon, di sebuah kursi kayu. Setiap melihat pohon ini, aku selalu teringat, dan ingin tersenyum. Pohon dengan ujung runcing dan hanya ada di pegunungan ini. Ku rasakan tiap hembusan angin sore pegunungan ini. Suara gemericik air dari sungai kecil di depanku menambah merdu nyanyian alam. Aku tarik nafasku, ku isi dengan tiap hawa bersih yang ada. Harusnya aku sudah merasa sempurna berada di tempat ini. Namun, aku rasakan tetap ada yang kurang. Tiba-tiba sepotong daun yang masih hijau jatuh di depanku. Ku ambil daun itu, tak ada yang istimewa. Ku coba amati, ku angkat daun itu, ku tatapkan pada matahari senja sore itu. Ku temukan sebuah kata. Kata ini hanya aku yang bisa baca. Yah, karena kata ini adalah kata yang pernah kita ucap berdua. Di tempat ini, aku masih hafal gaya tulisan ini. Masih sangat teringat. Tidak salah lagi, ini Dirinya.
Dia pasti ada disini, di tempat ini. Dia pasti merasakan apa yang aku rasa. Rasa rindu yang sudah lama aku pendam. Namun, dimanakah dirinya. Mengapa hanya daun ini yang dia kirimkan untuk-ku. Ku coba cari, beranjak dari kursi itu. Hawa semakin dingin menusuk tulang. Matahari mulai gelap. Ku lewati jalan ini, aku yakin dia pasti ada disini. Hati-ku berkata dia lewati jalan ini. Ku berada di ujung jalan, sebuah persimpangan di ujung pegunungan ini. Aku memandang seseorang duduk termenung di ujung sana. Sambil, aku bawa daun tadi, aku jalan pelan, selangkah demi selangkah. Hatiku sudah tak sabar ingin tahu siapa dirinya. aku pegang daun tadi, ku lihatkan di depan wajahnya. Aku sudah pasrah, jika bukan dirinya, mungkin aku memang tak berhak berjumpa di senja ini. Namun, seketika itu, dia mengangkat wajahnya, dia tersenyum menatapku. Mengangkat tangan-nya seakan ingin memeluk-ku. Berlinang air matanya, ku lihat kembali senyuman paling indah. Senyuman miliknya, senyuman yang sudah lama aku rindukan. Aku tak tahu harus berkata apa, tapi sore itu adalah sore terindah dalam hidupku. Aku tak ingin melepasnya, aku ingin pegang erat kemanapun aku pergi. Karena kita ada, kita ada untuk sayang ini, kita ada untuk bahagia. Bukan untuk mereka, bukan untuknya, namun hanya untuk Kita.
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
Cinta Tak Kenal Dendam
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Cinta Tak Kenal Dendam
Cinta itu jiwa yang suci..
Ya, karena setiap manusia alamiah memiliki ini..
Cinta itu tak kenal pembalasan..
Tak kenal kata dendam..
Tak kenal kata impas..
Dan sebagainya..
Dalam sebuah nasehat sahabatku..
Ketika kita merasa terluka oleh seseorang..
Terluka dalam kebahagiaan yang harusnya kita dapatkan..
Tak berhak kita membalas dendam itu..
Lalu, aku tanya, kenapa?
Jawabnya, karena ketika kita terluka olehnya..
Kita tak pernah tahu sesungguhnya..
Tak pernah tahu benarkah itu sebuah niatan darinya..
Atau hanya emosi kita yang bermain..
Yang selalu mengatakan kita benar..
Yang menilai orang selalu salah..
Coba bayangkan sebuah kesalahpahaman..
Tanpa ada niatan untuk melukai dari orang yang kita sayang..
Kita balaskan dengan niatan dendam..
Kita balaskan agar kita puas..
Lalu, aku bertanya..
Siapa yang paling salah?
Bukankah diri kita..
Karena kita telah membalas sebuah kesalahpahaman..
Dengan jiwa kita yang sadar..
Kita membalas orang yang tak pernah berniat untuk menyakiti..
Dengan sebuah niatan dendam dari kita..
Aku pun bertanya,
Bukankah wajar jika kita yakin kita benar?
Tidak..
Tidak ada manusia yang bisa adil seperti Allah di dunia ini..
Tidak ada balas dendam yang adil..
Ketika kita merasa uang 500 kita diambilnya..
Apakah kita yakin kita hanya mengambil 500 darinya..
Tidakkah lebih..
Karena sifat dasar kita memang berkata..
Dia harus lebih merasakan ini..
Kita sadar..
Bahwa perbuatan balas dendam..
Dalam hal apapun tidaklah mungkin itu benar..
Ketika dalam jalinan cinta sudah ada dendam..
Sebenarnya sudah tidak ada cinta itu..
Hilang sudah cinta yang murni itu..
Cinta berada dalam jiwa yang bersih..
Sedangkan dendam dalam jiwa yang kotor..
Keduanya tak mungkin bersatu..
Andaikan ada, pastilah tercemar..
Tak akan ada semurni cinta yang sesungguhnya..
Bukankah lebih bijak menjadi sahabat saja..
Ketika hal ini ada..
Yah, karena kita tak berhak membalas itu..
Apalagi sebuah kesalahpahaman..
Bukankah kita sendiri yang suatu saat mendapatkan balasan ini..
Dari orang lain..
Yang kita tak pernah tahu kapan itu ada..
Karena antara putih dan hitam..
Putih kan ternoda..
Setetes hitam di air putih pasti kan merubah..
Namun, tak berlaku sebaliknya..
Setetes putih di air hitam tak akan ada artinya..
Jagalah jiwa yang murni itu..
Untuk tetap putih..
Sampai akhir nanti..
Atau sampai kita lelah menjaganya..
Jangan pernah kita nodai dengan tetesan hitam..
Karena setetes hitam akan merusak segala kemurnian yang ada..
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
SYAIR PUISI SYAIR DAN PUISI KASIH SAYANG KEHIDUPAN
Cinta Tak Kenal Dendam
Cinta itu jiwa yang suci..
Ya, karena setiap manusia alamiah memiliki ini..
Cinta itu tak kenal pembalasan..
Tak kenal kata dendam..
Tak kenal kata impas..
Dan sebagainya..
Dalam sebuah nasehat sahabatku..
Ketika kita merasa terluka oleh seseorang..
Terluka dalam kebahagiaan yang harusnya kita dapatkan..
Tak berhak kita membalas dendam itu..
Lalu, aku tanya, kenapa?
Jawabnya, karena ketika kita terluka olehnya..
Kita tak pernah tahu sesungguhnya..
Tak pernah tahu benarkah itu sebuah niatan darinya..
Atau hanya emosi kita yang bermain..
Yang selalu mengatakan kita benar..
Yang menilai orang selalu salah..
Coba bayangkan sebuah kesalahpahaman..
Tanpa ada niatan untuk melukai dari orang yang kita sayang..
Kita balaskan dengan niatan dendam..
Kita balaskan agar kita puas..
Lalu, aku bertanya..
Siapa yang paling salah?
Bukankah diri kita..
Karena kita telah membalas sebuah kesalahpahaman..
Dengan jiwa kita yang sadar..
Kita membalas orang yang tak pernah berniat untuk menyakiti..
Dengan sebuah niatan dendam dari kita..
Aku pun bertanya,
Bukankah wajar jika kita yakin kita benar?
Tidak..
Tidak ada manusia yang bisa adil seperti Allah di dunia ini..
Tidak ada balas dendam yang adil..
Ketika kita merasa uang 500 kita diambilnya..
Apakah kita yakin kita hanya mengambil 500 darinya..
Tidakkah lebih..
Karena sifat dasar kita memang berkata..
Dia harus lebih merasakan ini..
Kita sadar..
Bahwa perbuatan balas dendam..
Dalam hal apapun tidaklah mungkin itu benar..
Ketika dalam jalinan cinta sudah ada dendam..
Sebenarnya sudah tidak ada cinta itu..
Hilang sudah cinta yang murni itu..
Cinta berada dalam jiwa yang bersih..
Sedangkan dendam dalam jiwa yang kotor..
Keduanya tak mungkin bersatu..
Andaikan ada, pastilah tercemar..
Tak akan ada semurni cinta yang sesungguhnya..
Bukankah lebih bijak menjadi sahabat saja..
Ketika hal ini ada..
Yah, karena kita tak berhak membalas itu..
Apalagi sebuah kesalahpahaman..
Bukankah kita sendiri yang suatu saat mendapatkan balasan ini..
Dari orang lain..
Yang kita tak pernah tahu kapan itu ada..
Karena antara putih dan hitam..
Putih kan ternoda..
Setetes hitam di air putih pasti kan merubah..
Namun, tak berlaku sebaliknya..
Setetes putih di air hitam tak akan ada artinya..
Jagalah jiwa yang murni itu..
Untuk tetap putih..
Sampai akhir nanti..
Atau sampai kita lelah menjaganya..
Jangan pernah kita nodai dengan tetesan hitam..
Karena setetes hitam akan merusak segala kemurnian yang ada..
RID, SDA
Semua Label Syair dan Puisi dalam Blog Ini Murni Karya Pemilik Blog Ini
Langganan:
Postingan (Atom)